Recent Blog post
Archive for 2013
Assalamu'alaikum
Konnichiwa, mina-san
Ketemu lagi ama gue yang udah berbulan-bulan kagak mosting
sesuatu. Kali ini apa yang mau gue posting? Tentang Ichigo kali yah (yaiyalah
dodol, dari judul aja dah ketauan) *plak!
Ichigo adalah character cowok kedua yang gue suka di Bleach, kenapa? Sekseh...
*plak! Yah, dia ganteng
sih... >w< keren pula (walaupun Hitsugaya masih lebih keren dari dia) ^w^
Sebelum itu, mari kita lihat biodatanya secara singkat.
Nama : Kurosaki Ichigo
Pekerjaan :
Shinigami daiko shinigami pengganti
Tanggal lahir :
15 Juli
Tinggi badan : 174
cm (kelas 1 SMP) , 192 cm (sekarang)
Berat badan : 61
kg
Seiyū :
Masakazu Morita (sekarang) Yuki
Matsuoka (saat Ichigo kecil)
Zanpakutou : Zangetsu
Warna bola
mata : coklat
Warna rambut : orange
Golongan
darah : A (cih, kesel gue
golongan darah kami beda)
Gender : COWOK!
Theme songs : "Number One" by Hazel
Fernandes, "News From the Front" by Bad Religion
*
*
Wiii...
(~^v^)~~(^v^~) Kurosaki Ichigo. Seorang manusia yang sebenernya bukan manusia. Hm...
gimana ngejelasinnya yah? Dia sebelum menjadi shinigami daiko hidup sebagai manusia yang mempunyai
kekuatan Indigo, tapi setelah Kuchiki Rukia datang dan menyelamatkan
keluarganya dari serangan hollow, Ichigo menjadi seorang shinigami. Seiring berjalannya cerita, banyak kejadian
dan fakta yang terungkap, mulai dari Ichigo yang mempunyai kemampuan
hollowfikasi, sampai fakta bahwa dia bukanlah sebuah makhluk yang jelas. Kenapa
tidak jelas? Karena sebenarnya ia bukanlah manusia, ataupun shinigami
seutuhnya.
Ichigo merupakan
ras keturunan shinigami (ayahnya) dan quincy (ibunya). Tahu apa itu quincy,
kan? Ras pembasmi hollow yang selalu bawa gelang yang bisa berubah panah
(sumpah gue iri, praktis banget sih). Dan hebatnya (seperti yang gue bilang
sebelumnya) Ichigo ini punya kekuatan hollow, ia bisa menggunakan
kekuatan sejenis inner dalam tubuhnya yang merupakan hollow (sumpah gue gak ngerti
maksud omongan gue itu).
Dengan semua
kekuatan yang ia punya, Ichigo yang notabene hanyalah shinigami dadakan ini
terus berlatih. Seiring bergantinya arc, kemampuan Ichigo semakin terasah. Dia menjadi
semakin kuat dan tangguh. Walaupun hanya mempunyai jabatan shinigami daiko,
tapi Ichigo sebenarnya mempunyai kemampuan yang setara dengan taichou. Kekerenan
dia semakin bertambah seiring berjalannnya waktu (cieilah) dan ternyata dia ini
menjadi chara terfavorite ke-3 dalam serial Bleach. Gue sih gak kecewa-kecewa
amat dengan peringkat itu, soalnya chara fave gue si Hitsugaya ama Rukia jadi
nomor 1 dan 2. Kyaa..... XD
Oke, balik
lagi ke Ichigo. Gue bingung mau ngejelasin apa tentang cowok keren satu ini,
soalnya dia adalah tokoh utama yang kelewat banyak infonya. Asal muasal dia
jadi shinigami dah gue terangin, sekarang gue mau nyeritain tentang kepribadian
dia. ^w^ Namanya Ichigo itu dalam bahasa Jepang punya dua arti. Kalo kanji Ichi
(一) yang berarti satu (1) dan kanji go (五) yang
berarti lima dipisah, nama Ichigo bisa diartikan sebagai angka 1 dan 5 (15). Tapi,
kalau dalam penulisan katakana, nama Ichigo (イチゴ)
diartikan sebagai buah arbei (strawberry).
Walaupun punya nama semanis itu, kepribadian yang Ichigo
punya itu jauh berbeda. Pada awal kemunculannya, Ichigo dikenal sebagai seorang
berandal (gara-gara rambut orangenya) tapi sebenarnya dia ini punya jiwa
pelindung. Modalnya menjadi seorang shinigami adalah keinginannya melindungi
keluarganya. Oh, gue lupa bilang, arti sebenernya dari nama Ichigo itu rupanya
gak jauh beda sama kepribadiannya dia (sorry, gue salah informasi tadi). Jika
ditulis menggunakan huruf kanji ichi (一) yang
berarti "satu" dan go (護) dari kata
"pelindung". Ayah Ichigo
pernah mengatakan bahwa nama Ichigo berarti "ia yang
melindungi". Nah... pas banget rupanya ^v^a (sorry sekali lagi)
(bentuk bankai Ichigo setelah comeback)
.
Ichigo adalah tipikal cowok yang keras kepala, tapi dapat dengan mudah down jika berurusan dengan masalah orang yang ia sayangi. Sempet tuh dulu ia nge-down banget saat keluarganya terancam di serang hollow, juga masalah Rukia (tersayang gue) yang pengen dieksekusi. Tapi, berbekal semangat dan perasaan ingin melindungi, Ichigo berhasil menyelamatkan Rukia dan justru menghadapi musuh baru, Aizen. Lewat pertempuran Aizen inilah dia semakin kuat karena terus berlatih. Di akhirnya arc ini pun Ichigo bahkan bisa menguasai zanpakutounya secara keseluruhan dengan taruhan kemampuannya melihat roh akan hilang dan ia berhenti jadi shinigami.
Setelah kekuatan shinigaminya menghilang, kepribadian Ichigo yang lemah dan rapuh muncul. walaupun secara fisik ia semakin kuat, tapi hatinya semakin menciut (cielah bahasalo). Ichigo semakin terpuruk dengan ketidakberdayannya melihat dan memusnakan hollow. tapi, begitu memasuki Fullbring Arc, secercah harapan muncul di depan Ichigo. Ia bisa mengambil kembali kekuatannya bersama anggota X-cution (Ginjou, Riruka, Jackie, Yukio, Giriko)
Namun, setelah mendapatkan kekuatan shinigaminya kembali, Ichigo justru dikhianati dan kekuatannya diambil kembali (rasanya gue pengen banget ngebejek si Ginjou karena rupanya cuma manfaatin Ichigo) Ichigo tersayang gue bahkan sampe nangis gara-gara itu. Gara-gara ia gak bisa ngelindungin teman-temannya (kecuali si Inoue, dia mati pun gue gak masalah). Yang lebih parah adalah semua kendali keluarga dan teman-temannya diambil alih oleh Ginjou dan Tsukishima.
Untunglah ada my hero Rukia-chan ^q^ yang dateng nyelametin Ichigo dengan sebuah katana khusus buatan Urahara-san dan mentransfer kekuatannya (beserta seluruh pasukan gotei 13) ke Ichigo. Sumpeh, dua cewek-cowok ini bikin gue meler dengan ikatan batin mereka yang begitu kuat. Pokoknya, setelah Rukia datang seluruh kegundahan Ichigo hilang dan semangat Ichigo kembali terkumpul.
Lo tau kagak? Ntuh scene beneran nguras tenaga gue, mulai dari adegan tusukan yang bikin gue sesek napas, ampe adegan Ichigo natap Rukia yang nusuk dia dengan pandangan gak percaya. Gue beneran shock awalnya, kenapa Rukia tega nusuk Ichigo (wQAQ)w *nangis ceritanya* tapi setelah gue baca selanjutnya, gue langsung jingkrat-jingkrat di atas kasur sepupu gue ampe dimarahi karena berisik. *abaikan* Demi apa coba? Rukia langsung nendang muka Ichigo kasar dan bilang kalau dia nggak bakalan perhatian lagi sama Ichigo kalo Ichigo idupnya ngenes.
Kembali ke jalan cerita. Ichigo pun kembali semangat setelah kekuatannya ia dapatkan kembali dan mengalah Ginjou dengan mudahnya. Walaupun ending dari fullbring arc ini sempet bikin gue nangis gegulingan, tapi mesti gue akui arc ini emg keren. kenapa? Soalnya Rukia-chan balik lagi setelah 5 bulan ngilang dan gue sebagai Ichiruki Shippers langsung jejeritan gaje setelah disuguhi scene Ichiruki itu ^w^
Seperti yang gue bilang sebelumnya. Ichigo itu kuat walaupun terlihat rapuh. Ia tak segan-segan membunuh dan menyerang orang yang mengganggu orang-orang yang ia sayangi. Menjunjung tinggi keadilan dan sedikit nggak peka -_-"a Ntuh tuh yang gue keselin dari dia. Orangnya penyayang walopun gak sabaran. Gentle dan keren ^w^ tangisan yang keluar dari matanya semata-mata hanya untuk orang-orang tersayangnya. Pertempuran yang ia hadapi dengan taruhan nyawa ia perjuangkan demi orang-orang tersayangnya. TERUTAMA UNTUK (calon) PACARNYA, KUCHIKI RUKIA (oke... yang satu ini mulai ngelantur dan cuma harapan gue aja)
Seorang yang pemberani dan tak kenal kata menyerah. Semua cara akan dia lakukan demi menyelamatkan orang-orang tersayangnya. Tapi, dia paling benci yang namanya mengorbankan seseorang. Ia juga tak mau bertarung dalam keadaan tak imbang. inget pas pertarungan Ichigo ama Ulquiorra? Ichigo yang sempet berubah jadi hollow dan nebas kaki tangan Ulquiorra dengan jantannya mengatakan pada Ulquiorra "Kalau begitu, potonglah kaki dan tanganku" Untuk apa? Jelas untuk keseimbangan (?) pertarungan. Ichigo sebisa mungkin tak mau membunuh lawannya, karena ia membenci kematian seseorang.
Tampan, iya. Keren, iya. Cakep, iya. *plak!* apa bedanya coba?
Ulang!
Tampan/Keren/Cakep, iya. Kuat, iya. Tipe pelindung, iya. Pinter, lumayan. Jiwa pemimpin, Mungkin *plak! KURANG APA COBA? Dia cocok banget kalo dipasangin ama Rukia ^w^)// cocok kan.. cocok kan.. cocok kan.... muehehhehe.....
Gue bakalan nerror Om Kubo selaku pemilik hak Cipta Bleach kalo sampe Ichiruki gak jadi ending di Bleach T^T sumfeh, gue ama temen-temen dunia maya gue dah gila-gilaan masalah pairing ini.
Hm... apalagi yang mesti gue omongin? Gue gak tau lagi deh. semua yang nongkrong di kepala gue dah gue jadiin otak-otak *plak!
Btw, Bleach sekarang dah mencapai Arc terakhir ._. dimana seluruh misteri Bleach akan terkikis disini. semuanya, tuntas! Mulai dari terbentuknya gotei 13, ampe misteri si tokoh utama kita sendiri, si Ichigo ini. untuk sekarang Bleach masih akan bertahan sampai mungkin 10 tahun lagi. gue gak tau apa reaksi gue kalo ini manga dah tamat, apalagi tamat tanpa Ichiruki (gak amin) :D
Perkembangan Ichigo semakin pesat disini lho. Ichigo bahkan pergi ke divisi 0 untuk memperkuat dirinya dalam rangka melawan musuh utama, Juha Bach. gue sempet cengo pas tahu rupanya wujud Zangetsu o-san yang selama ini kita liet di anime dan manga rupanya si Juha Bach 1000 tahun yang lalu o.O gak perlu gue bahas kali ya. baca aja sendiri manganya. Ah, gue cuma mau ngingetin aja, kalo elo beneran baca, Arc yang satu ini beneran menguras tenaga. Kenapa? Karena ada begitu banyak pertumpahan darah dan fakta lama yang terungkap. Gue ampe kejeng-kejeng pas liet adegan Byakuya, Rukia, sama Renji hampir mati (tapi untung aja kagak). APALAGI DENGAN FAKTA BAHWA URYUU BERPINDAH PIHAK PADA LAWAN (wOAO)w (semoga aja yang atu ini kejadiannya sama kayak kejadian Gin yang ada dipihak lawan demi orang yang dia sayangi)
Berhubung lawan Ichigo kali ini adalah quincy, Ichigo yang kekuatannya semakin kuat bahkan punya 2 zanpakutou. Tapi, itu masih belum diasah dengan pas. Kekuatan zanpakutounya itu pun belum diketahui ampe sekarang. Gue tinggal nunggu aja komiknya muncul -w- Tapi, si Kyouraku bilang ada mungkin bakalan gak bisa lagi kembali ke dunia manusia :D *sumpah, gue seneng banget* sedih juga sih, tapi lebih didominasi seneng karena gue harap Ichigo tinggal di rumah Rukia *harapan gue terlalu tinggi, gue tau kok* Tapi, mudah-mudahan aja endingnya bakalan bagus :D
*PS: kalo elo bacanya di manga online, jangan lupa buat beli komik aslinya. Om Kubo kagak buat itu secara gratis buat elo-elo pada. Hargai buatan orang! Paling nggak dengan nyimpen komiknya walopun Om Kubo sendiri kagak tau elo beli komik bautannya*
Terakhir, yang gue harapkan adalah;
1. Ichiruki beneran terjadi
2. Ichigo tinggal di rumah Rukia
udah.. itu aja =m=d
(Ini Ichigo dan dua zanpakutou-nya )
(Kalo yang ini Ichigo dan dua zanpakutou-nya *plak! berikut dengan wujud zanpakutounya )
(Ini evolusi Ichigo sebelum masuk ke Fullbring arc)
.
Moneta
(tungguin aja postingan Bleach berikutnya)
(tungguin aja postingan Bleach berikutnya)
KUROSAKI ICHIGO
Cerpen ini udah lama gue buat, cuma belum gue publish aja.
Happy Reading :D
ALASAN
Karya Moneta
Jantungku berdegup
kencang. Tinggal 5 menit lagi menjelang pengumuman juara dari lomba ‘Duta
Santasi’, lomba ini punya 2 cabang. Membuat poster dan karya tulis. Aku sebagai murid kelas 8 SMP
mengikuti cabang membuat poster. Dari lomba ini penilaian yang diambil adalah
nilai gambar dan presentasi dalam isi poster tersebut. Beruntung aku dapat
melewati lomba itu.
Sedari tadi aku hanya diam, melihat guru
pembimbingku berbicara dengan sahabatku, Lia. Jujur, aku iri padanya. Baiklah,
kuakui kemampuan menggambar dan mewarnainya jauh diatasku. Tapi, setidaknya aku
sudah berusaha. Guru pembimbing kami, Bu Nur selalu melihat Lia. Tak pernah
sekali pun beliau melirikku. Dulu aku dan Lia sudah sering mengikuti lomba
menggambar bersama, tapi tetap saja dia ada di atasku. Saat peringkat yang ia
dapat selalu peringkat 1, aku selalu menyusul di bawahnya, entah itu peringkat
2, 3 atau bahkan harapan 1. Walaupun sering mengalami kenaikan, Bu Nur tak
pernah melirikku. Bahkan untuk mengucapkan selamat pun tak pernah. Selama ini
aku selalu berusaha keras agar Bu Nur melirikku. Tapi selalu saja gagal.
Aku kesal, aku iri, dan
aku ingin sekali mengalahkan Lia. Dia sahabatku, tapi dia juga rivalku. Tadi
saja saat lomba, aku tak pernah menanggapi omongannya. Sekarang sedang lomba,
artinya dia rivalku. Kenapa dia harus mengajak bicara rivalnya.
“Bu, tadi waktu
mempresentasikan poster. Si Lia gugup banget, jadi agak kacau, padahal
posternya bagus,” sahut Danu, salah satu temanku yang juga mengikuti lomba
membuat poster dalam rangaka pemilihan ‘Duta Sanitasi Babel’ ini.
“Aduh… sayang sekali,”
nada kecewa keluar dari mulut Bu Nur.
“Iya, Bu. Tapi, si Meta
presentasinya bagus, lho, Bu!” bela temanku, Oji. Jujur, mendengat pujian dari
Oji, membuatku tersanjung.
“Begitu,” sahut Bu Nur
datar. Astaga, hanya dengan 1 kata saja hatiku seakan-akan sudah hancur.
Kenapa? Kenapa Bu Nur tak pernah melirikku? Saat semua temanku memujiku dan
merasa kecewa pada Lia, beliau malah lebih kecewa padaku. Tunggu, bahkan ia tak
menanggapi. Tak ada rasa kecewa ataupun senang dinada bicaranya. Aku hanya
menunduk dan menggigit bibir bawahku, menahan kesal.
“Baiklah… semuanya inilah saat yang ditunggu-tunggu. Pengumuman pemenang
sekaligus anak-anak yang akan menjadi Duta Sanitasi dari Babel,” suara
pembawa acara itu menggema di dalam ruangan ini. Aku mendongak semangat, kali
ini aku sangat yakin bisa mengalahkan Lia. Yah, walaupun begitu aku juga yakin
setidaknya hanya mendapatkan juara 3.
“Pertama-tama kita umumkan juara karya tulis. Juara ketiga adalah… Linda
dari SMP N 12 Pangkal Pinang.” Bu Nur menjerit senang ketika nama kakak
kelasku disebut. Kak Linda perlahan maju ke podium.
“Juara kedua adalah Rara dari SMP N 12 Pangkal Pinang.” Kali ini aku
pun ikut menjerit bersama teman-temanku dan Bu Nur, saat sekali lagi nama kakak
kelasku di sebutkan. Kak Rara maju ke podium menyusul Kak Linda.
“Dan juara pertama adalah Sinta dari SMP N 3 Sungailiat.” Jeritan
dari anak-anak SMP itu terdengar, dan gadis bernama Sinta itu pun perlahan maju
ke podium.
“Nah… berikutnya adalah lomba poster. Juara ketiga adalah Umi dari SMP 2
Koba.” Sebuah gambar poster terpampang jelas di layar LCD di sebelah
podium. Saat itu juga tubuhku lemas, juara 3 yang tadi sempat kuidam-idamkan
gagal kurebut. Aku hanya tertunduk lemas. Teman-temanku hanya diam menunggu
pengumuman selanjutnya.
Gambar yang ada di
layar LCD berganti.”Juara kedua adalah
Meta dari SMP 12 Pangkal Pinang.” Aku terlonjak kaget dan mendongak,
mendapati gambar posterku yang biasa-biasa saja itu terpampang jelas di layar
LCD. Ingin menangis rasanya saking senangnya. Teman-temanku menjerit kecil dan
mulai mendorongku untuk maju ke podium. Dengan bangga aku maju, namun aku
sedikit kesal melihat ekspresi Bu Nur yang sama sekali tak menunjukkan rasa
bangga ataupun senang. Malah, ekspresi yang ia tunjukkan terkesan kecewa.
“Juara pertama adalah Lulu dari SMP N 4 Sungailiat.” Sukses besar.
Tak ada satu pun murid dari SMP-ku yang berhasil mendapatkan juara 1. Tapi,
setidaknya kali ini aku sukses mengalahkan Lia. Bagaimana tidak? Dia sama
sekali tak mendapatkan juara, ini lomba nasional dan aku berhasil. Walaupun tak
berhasil mendapatkan juara 1, setidaknya aku bisa menjadi duta dari Babel. Dan
sekali lagi aku kesal, ketika Bu Nur sama sekali tak menoleh padaku. Beliau
terus saja menoleh pada 2 orang kakak kelasku.
Setelah pengumuman itu,
kami diberikan sebuah plakat kemenangan. Begitu bangganya aku mendapatkan benda
itu. Kami difoto dan mendapatkan ucapan selamat oleh beberapa orang terkenal
dari Babel, termasuk duta sanitasi tahun sebelumnya. Yes, akhirnya aku berhasil
mengalahkan Lia.
***
“Selamat, ya!” sahut
Lia sambil mengulurkan tangannya. Aku menyambut tangannya dan memberikan
senyuman meremehkan.
“Aku berhasil
mengalahkanmu,” sahutku senang, Lia tersenyum geli. “Tapi, kenapa Bu Nur masih
tetap melihatmu?” lanjutku dingin dan melepaskan jabat tangannya.
“Meta,” panggil Lia
dengan nada serius begitu juga mimik wajahnya.
“Apa?” balasku ketus.
“Aku hanya mau tanya,
apa alasanmu berjuang untuk mengalahkanku? Selama ini kau terus berusaha
mengalahkanku walaupun selalu gagal. Jujur aku senang melihatmu berusaha, tapi
aku mau tahu apa alasanmu berusaha?” tanya Lia sambil melipat kedua tangannya
di dadanya.
“Hah? Alasannya? Tentu
saja untuk mengalahkanmu,” balasku cepat.
“Pantas saja.”
“Apa maksudmu?” tanyaku
dengan nada tinggi.
“Kuberitahukan padamu
Meta. Kurasa Bu Nur tahu alasanmu berusaha, makanya beliau tak pernah melihat
atau melirikmu,” balas Lia dengan nada dingin.
“Kalau bicara itu
jangan bertele-tele. Katakan dengan jelas!” teriakku kesal.
“Baiklah, kuberitahukan
dengan jelas padamu. Alasanmu itu Meta. Bu Nur sama sekali tak suka dengan
alasanmu berusaha. Bu Nur suka dengan murid yang berusaha, tapi bukan dengan
alasan konyol seperti untuk mengalahkan lawan. Oke, kurasa alasan itu juga
perlu, tapi alasan yang sebenarnya diinginkan Bu Nur adalah….,” ocehan Lia
menggantung, membuatku penasaran dengan lanjutannya.
“Bu Nur ingin kau
berusaha demi semua orang yang kau percaya. Beliau tak ingin kau berusaha hanya
demi beliau melirikmu. Beliau ingin kau berusaha dari dalam hatimu. Karena kau
ingin berprestasi dan membuat semua orang bangga. Apa kau tahu seberapa
senangnya beliau melihatmu selalu berusaha saat ekstrakulikuler diadakan? Lalu
apa kau tahu seberapa kecewanya beliau padamu? Beliau kecewa padamu yang hanya
ingin membuat beliau melirikmu! Beliau kecewa padamu yang berusaha hanya
setengah-setengah!” bentak Lia. Aku terdiam memahami semua kalimatnya.
“Jujur, sekarang pun
aku kecewa padamu. Kau bukan lagi Meta yang dulu, Meta yang selalu berusaha
bersamaku, Meta yang selalu mendukungku. Apa kau lupa? Dulu gambarmu bahkan
lebih bagus dari gambarku, tapi aku terus berusaha untuk bisa mendapatkan
pujian darimu, mendapat pujian dari orang-orang yang kupercaya. Membanggakan
mereka! Orang pertama yang kuharapkan bisa memuji gambarku adalah kamu. Tapi
apa reaksimu saat semua orang memuji gambarku? Kau mengejekku, kau bilang
gambarku seperti coretan anak kecil. Aku kesal dan terus berusaha mendapatkan
pujian darimu, tapi sampai sekarang tak pernah sekali pun aku mendapatkan
kalimat pujian darimu,” bentak Lia lebih keras. Aku semakin terdiam. Benarkah
aku seperti itu.
“Meta. Tak kusangkan
gara-gara perebutan juara persahabatan kita harus berakhir seperti ini. Aku
kecewa padamu. Baiklah, sekali lagi aku ucapkan. Selamat sudah mengalahkanku,
dan selamat tinggal karena telah mengecewakanku,” lanjutnya pelan, lalu
berlalu. Aku masih terdiam. Aku orang seperti itukah? Sedangkal itukah
pikiranku? Demi mengalahkan Lia aku telah membuang hatiku dan persahabatanku?
Aku masih diam. Sedari tadi aku mengatur
nafasku yang tak beraturan karena kaget mendapat bentakan dari Lia. Ini pertama
kalinya aku mendapatkan bentakan dari sahabatku itu.
“Lia, maafkan aku!”
lirihku. Dan saat itu juga air mataku mengalir. Air mata yang kuharap membawa
semua keegoisanku. Membuang jauh-jauh semua prasangka buruk dalam hatiku.
“Maafkan aku! Maafkan
aku! MAAFKAN AKU LIA!!!” aku menjerit kesal. Betapa bodohnya aku. Kenapa aku
harus mengikuti keegoisanku? Kenapa? Lia. Terima kasih, kau telah membuka
hatiku. Walaupun aku tahu hubungan kita tak akan sebaik sebelumnya, tapi tetap
saja aku menyanyangimu.
“Terima kasih, gambarmu
bagus!”